Bank Dunia Prediksi Ekonomi Global Stagnan di 2025, Dampak Ketegangan Perdagangan dan Kebijakan Tarif AS

NASIONAL111 Views

Jagopost.co.id, Bank Dunia mengungkapkan bahwa perekonomian global diperkirakan akan mengalami stagnasi pada tahun 2025, dengan proyeksi pertumbuhan hanya mencapai 2,7%. Angka ini menunjukkan kinerja terlemah sejak 2019, kecuali pada periode puncak pandemi Covid-19 yang menyebabkan kontraksi ekonomi tajam. Kekhawatiran utama yang menyebabkan prospek ini adalah ketegangan perdagangan global, terutama tarif impor baru yang direncanakan oleh pemerintahan Presiden Terpilih AS, Donald Trump.

Pertumbuhan Ekonomi Global Terancam Tarif Impor AS

Melansir laporan BBC pada Jumat, 17 Januari 2025, Wakil Kepala Ekonom Bank Dunia, Ayhan Kose, memperingatkan bahwa kebijakan tarif yang akan diberlakukan oleh AS dapat berpotensi merugikan ekonomi global. Kenaikan tarif impor pada barang-barang dari negara-negara lain, khususnya yang memasuki pasar AS, diprediksi akan meningkatkan biaya bagi perusahaan untuk menjual produk mereka ke negara adidaya tersebut.

Kose menambahkan bahwa ketegangan perdagangan yang meningkat antara negara-negara ekonomi utama menjadi salah satu ancaman terbesar terhadap prospek ekonomi global pada 2025. “Jika tarif impor AS naik 10% tanpa adanya respons dari negara lain, maka pertumbuhan ekonomi global bisa terpangkas sebesar 0,2%. Namun, jika negara-negara menanggapi, dampaknya bisa lebih besar,” ujar Kose.

Selain itu, kebijakan tarif yang semakin ketat sering kali memicu konsekuensi buruk, terutama bagi negara-negara yang memberlakukan pembatasan tersebut. Kose menambahkan bahwa negara-negara perlu mempertimbangkan dengan cermat kebijakan ekonomi yang diambil, mengingat dampak jangka panjangnya terhadap perdagangan dan pertumbuhan ekonomi.

Tantangan Tambahan: Suku Bunga Tinggi dan Ketidakpastian Kebijakan

Kondisi ekonomi yang stagnan juga diperburuk dengan suku bunga yang tetap tinggi lebih lama dari yang diperkirakan. Selain itu, ketidakpastian kebijakan yang terus berlanjut dapat mengurangi kepercayaan bisnis dan investasi, memperlambat pemulihan ekonomi global. Kose menekankan bahwa standar hidup diperkirakan tidak akan meningkat secepat beberapa tahun terakhir, di mana pertumbuhan global rata-rata mencapai lebih dari 3% per tahun sebelum pandemi.

“Jika kita melihat lebih jauh ke depan, angka pertumbuhan akan semakin menurun, dan ini menambah kekhawatiran kami,” ungkap Kose.

Kebijakan Ekonomi Global: Fokus pada Strategi dan Reformasi

Bank Dunia menekankan pentingnya kebijakan ekonomi yang efektif untuk mendorong pertumbuhan dan mengurangi kemiskinan. Selain itu, kebijakan ekonomi yang baik juga dibutuhkan untuk mendanai sektor-sektor vital seperti kesehatan, pendidikan, serta menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan masyarakat. Di tengah inflasi yang terus berada di atas target 2% di banyak negara, tantangan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi semakin besar.

“Negara-negara harus memikirkan kebijakan yang tepat untuk mengatasi stagnasi ekonomi. Tidak ada solusi instan untuk masalah ini,” kata Kose. Ia menambahkan bahwa kebijakan yang tepat adalah kunci untuk meningkatkan daya saing ekonomi negara-negara di tengah ketidakpastian global.

Prospek Ekonomi China: Meningkatkan Defisit dan Utang untuk Pertumbuhan

Sementara itu, Bank Dunia juga merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi China untuk 2024 dan 2025. Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan PDB China akan mencapai 4,9% pada 2024, sedikit lebih tinggi dari estimasi sebelumnya yang sebesar 4,8%. Namun, untuk tahun 2025, proyeksi pertumbuhan diperkirakan akan melambat menjadi 4,5%, meskipun masih lebih baik dari perkiraan sebelumnya yang hanya 4,1%.

Kendati demikian, tantangan besar tetap membayangi ekonomi China, terutama akibat krisis properti dan permintaan domestik yang lemah. Bank Dunia memperingatkan bahwa kepercayaan rumah tangga dan bisnis yang lesu, serta hambatan di sektor properti, akan membebani ekonomi China sepanjang 2025.

Mara Warwick, Direktur Bank Dunia untuk China, mengatakan bahwa untuk membuka pemulihan yang berkelanjutan, China perlu mengatasi tantangan di sektor properti, memperkuat jaring pengaman sosial, dan melakukan reformasi struktural. “Penting untuk menyeimbangkan dukungan jangka pendek terhadap pertumbuhan dengan reformasi jangka panjang,” tambahnya.

Dampak Ketegangan Perdagangan AS-China

Ketegangan perdagangan dengan AS juga akan berdampak signifikan pada ekonomi China. Bank Dunia memproyeksikan bahwa tarif impor yang lebih tinggi yang akan diberlakukan oleh Presiden Terpilih AS, Donald Trump, terhadap barang-barang China akan memperburuk kondisi perekonomian negara tersebut. Sebagai respons, China diperkirakan akan meningkatkan defisit anggaran dan menambah utang untuk menjaga momentum pertumbuhannya. Selain itu, kebijakan moneter yang lebih longgar akan diterapkan untuk mendukung stabilitas ekonomi.

China juga berencana untuk menerbitkan obligasi pemerintah senilai 3 triliun yuan (sekitar USD 411 miliar) pada tahun 2025 sebagai langkah untuk meningkatkan likuiditas dan mendorong pertumbuhan. Namun, pemulihan sektor properti China diperkirakan tidak akan tercapai hingga akhir tahun 2025.