Jagopost.co.id, Kemiskinan di Indonesia merupakan persoalan yang kompleks dan berlapis. Meskipun data makroekonomi menunjukkan pertumbuhan positif, ketimpangan distribusi hasil pembangunan dan tantangan struktural masih menjadi penghambat utama dalam mengentaskan kemiskinan secara menyeluruh. Berikut ini adalah rangkuman faktor penyebab kemiskinan di Indonesia berdasarkan data dan laporan terkini dari berbagai sumber kredibel.
1. Ketimpangan Pendapatan dan Standar Pengukuran yang Berbeda
Menurut standar global Bank Dunia, batas kemiskinan untuk negara dengan pendapatan menengah ke atas berada pada angka sekitar US$6,85 per hari. Bila standar ini diterapkan, lebih dari 60% penduduk Indonesia hidup di bawah garis tersebut. Namun, Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan bahwa angka tersebut perlu dilihat secara kontekstual karena biaya hidup antarwilayah di Indonesia sangat beragam, sehingga tidak bisa digeneralisasi.
2. Struktur Ekonomi yang Tidak Stabil
Penurunan peran sektor industri dalam produk domestik bruto (PDB) dari lebih dari 22% pada 2010 menjadi sekitar 17% pada 2024 menunjukkan gejala deindustrialisasi. Akibatnya, peluang kerja formal menyusut, dan lebih dari setengah angkatan kerja bergantung pada sektor informal, yang cenderung memiliki penghasilan rendah dan tidak menentu.
Indonesia juga terlalu bergantung pada ekspor komoditas mentah seperti batu bara dan minyak sawit. Ketika harga global jatuh, pendapatan nasional ikut terdampak. Program hilirisasi sumber daya alam seperti nikel memang sedang berlangsung, tetapi belum mampu menciptakan pekerjaan berkualitas secara luas.
3. Kualitas SDM yang Masih Rendah
Masalah pendidikan juga memperparah situasi. Hasil tes PISA menunjukkan bahwa kemampuan literasi, numerasi, dan sains siswa Indonesia masih berada di bawah rata-rata global. Pandemi COVID-19 turut memperburuk kondisi ini, karena menyebabkan gangguan belajar setara hampir satu tahun akademik.
Selain itu, stunting masih menjadi masalah serius, dengan prevalensi lebih dari 21% pada 2022. Anak-anak yang mengalami stunting berisiko memiliki perkembangan kognitif dan fisik yang tertinggal, yang berdampak jangka panjang terhadap produktivitas nasional.
4. Dampak Krisis Global dan Respons Kebijakan
Krisis pandemi menyebabkan lonjakan angka kemiskinan. Sekitar 1,6 juta orang jatuh miskin pada 2020, banyak di antaranya kehilangan pekerjaan akibat runtuhnya sektor pariwisata dan penurunan aktivitas ekonomi.
Meski pemerintah telah menggulirkan berbagai bantuan tunai langsung (BLT), kebijakan ini dinilai hanya bersifat jangka pendek. Tanpa program pemberdayaan ekonomi yang berkelanjutan, banyak penerima bantuan tidak dapat keluar dari jerat kemiskinan.
Selain itu, defisit anggaran negara diperkirakan naik menjadi hampir 3% dari PDB pada 2025, sebagian besar digunakan untuk pembiayaan program populis seperti makan bergizi gratis, yang dikhawatirkan tidak berkelanjutan tanpa sumber pendapatan yang jelas.
5. Keterbatasan Infrastruktur dan Dampak Lingkungan
Di perkotaan, lebih dari sepertiga penduduk tinggal di kawasan padat, yang mempersulit akses ke layanan dasar. Sementara itu, wilayah terpencil masih tertinggal dalam hal konektivitas, akses listrik, dan layanan kesehatan.
Dari sisi lingkungan, perubahan iklim dan bencana alam seperti banjir dan kekeringan kerap melanda wilayah pertanian. Ini berdampak langsung pada kelangsungan hidup lebih dari 40% penduduk Indonesia yang menggantungkan hidup pada sektor pertanian tradisional.
Langkah Strategis untuk Mengatasi Kemiskinan
Beberapa solusi yang direkomendasikan untuk menurunkan angka kemiskinan secara berkelanjutan antara lain:
-
Reformasi pajak dan peningkatan tax ratio agar negara memiliki dana memadai untuk mendanai pendidikan dan layanan kesehatan yang merata.
-
Revitalisasi industri dengan teknologi modern, agar dapat menciptakan pekerjaan formal yang layak dan mengurangi dominasi sektor informal.
-
Peningkatan investasi di sektor padat karya dan UMKM, agar pembangunan ekonomi lebih merata di berbagai daerah.
-
Program pendidikan vokasi dan pelatihan keuangan, untuk membantu masyarakat miskin meningkatkan keterampilan dan literasi finansial.