Madrasah di Lombok Barat Gencarkan Edukasi Digital, Tekan Maraknya Judi Online di Kalangan Pelajar

Berita6 Views

Jagopost.co.id, Lombok Barat – Meningkatnya kasus pelajar yang terjerumus dalam praktik judi online membuat banyak pihak angkat bicara, termasuk lembaga pendidikan berbasis agama. Kepala MAN Lombok Barat, H. Abdul Azis Faradi, menilai bahwa penanganan masalah ini tidak bisa dibebankan sepenuhnya pada sekolah. Menurutnya, keluarga, pemerintah, dan masyarakat harus ikut berperan aktif dalam mencegah dampak negatif dari dunia digital yang semakin bebas.

Ia menegaskan bahwa pendidikan bukan hanya urusan sekolah, melainkan sebuah ekosistem besar yang saling terkait. Keluarga berperan sebagai fondasi pertama pembentukan karakter, madrasah sebagai wadah pembinaan, dan masyarakat sebagai pengawas sosial. Ketiga pilar inilah yang menentukan arah moral generasi muda di era digital saat ini.

“Ada tiga unsur penting dalam pendidikan: keluarga, pemerintah, dan masyarakat. Ketiganya tidak boleh berjalan sendiri-sendiri kalau kita ingin mencetak generasi yang tangguh dan berakhlak,” ujar H. Abdul Azis Faradi kepada RRI, Selasa (4/11/2025).

Menurutnya, media sosial dan teknologi digital ibarat dua sisi mata pisau. Jika dimanfaatkan secara bijak, teknologi bisa menjadi sumber ilmu yang luar biasa. Namun di sisi lain, penyalahgunaan teknologi justru bisa menyeret remaja ke perilaku berisiko seperti judi online, penipuan digital, hingga kecanduan media sosial.

Ia menambahkan bahwa maraknya situs dan aplikasi seperti vioslot yang mudah diakses menjadi tantangan tersendiri bagi para pendidik dan orang tua. “Anak-anak sekarang bisa membuka apa saja hanya dengan ponsel. Kalau tidak kita awasi dan arahkan, mereka mudah sekali terpengaruh,” jelasnya.

Untuk mengantisipasi hal itu, pihak madrasah terus menggencarkan program literasi digital dan pembinaan karakter. Edukasi ini diberikan secara rutin melalui kegiatan pembinaan, sosialisasi, serta pendampingan langsung oleh guru Bimbingan Konseling (BK), wakil kepala bidang kesiswaan, dan tenaga pendidik lainnya.

Guru-guru juga diminta untuk lebih aktif membangun komunikasi personal dengan para siswa, tidak hanya di kelas tapi juga di luar kegiatan belajar mengajar. Pendekatan kekeluargaan dianggap lebih efektif dalam memahami persoalan siswa sekaligus mencegah mereka dari perilaku menyimpang.

“Kunci utamanya adalah komunikasi dan keteladanan. Kami ingin membentuk siswa yang punya akhlak baik dan tahu bagaimana menggunakan teknologi dengan benar,” lanjutnya.

Selain itu, madrasah juga rutin mengadakan pelatihan keterampilan digital positif, seperti membuat konten edukatif, desain grafis, hingga pelatihan coding dasar. Tujuannya agar para pelajar bisa melihat bahwa dunia digital bukan hanya tentang hiburan, tetapi juga peluang masa depan.

Program tersebut diintegrasikan dengan kegiatan ekstrakurikuler dan kajian keagamaan yang menanamkan nilai moral serta tanggung jawab dalam menggunakan internet. Dengan cara ini, siswa tidak hanya diajarkan untuk menghindari hal negatif, tetapi juga diarahkan agar bisa memanfaatkan teknologi untuk hal-hal produktif.

H. Abdul Azis menegaskan bahwa peran keluarga tetap menjadi pondasi utama dalam membentuk kebiasaan anak. Orang tua diminta untuk aktif berkomunikasi dengan anak, memahami aktivitas mereka di dunia maya, serta memberikan contoh nyata dalam penggunaan teknologi secara sehat.

“Larangan saja tidak cukup. Kita perlu memberi pemahaman dan teladan yang baik. Kalau anak melihat orang tuanya bijak bermedia sosial, mereka pun akan meniru,” ujarnya.

Madrasah, lanjutnya, juga berupaya menggandeng masyarakat sekitar untuk turut serta dalam kampanye bahaya judi online. Bentuknya bisa berupa seminar, ceramah keagamaan, maupun kegiatan sosial yang melibatkan tokoh masyarakat dan remaja. Dengan begitu, pesan moral bisa tersampaikan lebih luas dan berdampak nyata.

Selain edukasi, pihak sekolah pun terus memantau perilaku digital siswa dengan bekerja sama bersama guru BK dan wali kelas. Jika ditemukan tanda-tanda keterlibatan dalam aktivitas mencurigakan seperti akses situs judi, termasuk platform seperti vioslot, maka langkah pembinaan segera dilakukan. Tujuannya bukan menghukum, melainkan menyelamatkan siswa dari pengaruh buruk dunia maya.

“Kami ingin madrasah menjadi tempat yang aman dan nyaman. Siswa harus tahu bahwa dunia digital bisa membawa kebaikan kalau dimanfaatkan dengan benar,” tegasnya.

Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa kolaborasi tiga pihak keluarga, madrasah, dan masyarakat – menjadi faktor penentu keberhasilan upaya pencegahan ini. Tanpa sinergi yang kuat, generasi muda akan mudah tergelincir oleh arus informasi yang begitu deras di internet.

“Semua pihak harus turun tangan. Jangan hanya mengandalkan sekolah. Harus ada komunikasi yang terbuka, pembinaan karakter, dan keteladanan di rumah,” kata H. Abdul Azis menutup pernyataannya.

Melalui berbagai program tersebut, MAN Lombok Barat bertekad menciptakan lingkungan belajar yang aman, religius, dan berorientasi pada kemajuan digital positif. Harapannya, siswa mampu memahami bahwa teknologi dan media sosial bukan musuh, melainkan alat untuk berkembang — asalkan digunakan dengan bijak dan penuh tanggung jawab.

Dengan semangat kolaborasi ini, madrasah berharap muncul generasi yang bukan hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga berintegritas dan berakhlak, serta mampu menjadi contoh positif di tengah derasnya arus dunia digital yang kini bahkan bisa menampilkan situs seperti vioslot di layar ponsel dalam hitungan detik.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *