Jagopost.co.id, Klara Livia kembali merasakan pahitnya pemutusan hubungan kerja PHK ketika surat resmi tiba di mejanya pada Agustus 2024. Meski sakit hati, ia tak terkejut total karena pernah mengalaminya pada Juni 2022 dan melihat tanda-tanda perusahaan mulai bergeser beberapa minggu sebelumnya.
Lulusan jurnalistik ini awalnya bekerja sebagai reporter, tetapi cepat menyadari minimnya prospek jangka panjang di media. Ia pun beralih mempelajari UI/UX melalui bootcamp dan menyusun portofolio. Berkat usaha itu, Klara diterima sebagai UX researcher bahkan sebelum menyelesaikan pelatihan. Kariernya kemudian berlanjut di startup penyedia layanan bisnis, di mana ia menikmati ritme kerja dan penghasilan stabil—sampai perusahaan memutuskan rebranding dan menghentikan produk yang menjadi tanggung jawabnya.
Ketika itu Klara baru bergabung sejak Oktober 2021, namun pada Juni 2022 namanya termasuk dalam gelombang PHK pertama. Kekecewaan dan kecemasan sempat menguasainya, tetapi permintaan tinggi akan keahlian UI/UX membuatnya cepat mendapatkan posisi baru sebagai UX writer dalam hitungan minggu.
Di perusahaan kedua, Klara menghabiskan hampir dua tahun mengasah kemampuan menulis antarmuka pengguna. Sayangnya, masalah manajemen memaksa perusahaan melakukan tiga gelombang PHK. Klara selamat dua kali, namun pada gelombang ketiga ia kembali kehilangan pekerjaan.
Kali ini dampaknya lebih dalam. Setelah dua kali bangkit, Klara sempat meragukan kemampuannya—apakah keahliannya mudah tergantikan oleh AI? Ia merasakan hilangnya semangat dan mempertanyakan nilai dirinya dalam industri.
Meski begitu, pengalaman berulang ini memotivasinya untuk mengevaluasi kekuatan dan kelemahan. Klara yakin, dengan terus mengasah keterampilan, memperluas jaringan profesional, dan beradaptasi pada perubahan teknologi, ia akan menemukan peluang baru—lebih tangguh dan siap menghadapi dinamika karier di era digital.
